Hendaklah kamu kencangkan sarungnya, kemudian dibolehkan bagimu bagian atasnya. [HR. Darimi No.1014].
[[[]]]
Hendaknya si (isteri) mengencangkan sarung bagian bawahnya, kemudian suami dibolehkan mencumbuinya' . [HR. Darimi No.1015].
[[[]]]
Seorang wanita yg haid, suaminya boleh mendatanginya pada bagian bawah perutnya (pusar) & antara dua pahanya, apabila mani keluar, hendaknya ia (isteri) mencuci bagian yg terkena olehnya (mani) & ia (suami) harus mandi. [HR. Darimi No.1016].
[[[]]]
Sungguh Ummu Imran mengetahui bahwa aku mendatangi bagian atas kemaluannya, yaitu saat haid. [HR. Darimi No.1017].
[[[]]]
wanita yg haid, ia tak menganggap masalah (mencumbui) di selain tempat keluarnya darah (kemaluan). [HR. Darimi No.1018].
[[[]]]
Jika aku mengalami haid, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkanku untuk memakai sarung, kemudian beliau mencumbuiku. [HR. Darimi No.1019].
[[[]]]
Apa saja yg berada di atas kain sarungnya. [HR. Darimi No.1020].
[[[]]]
Segala sesuatu (boleh dilakukan) kecuali jima' (bersenggama), aku bertanya lagi: apa yg diharamkan atasnya dari isterinya tersebut, jika keduanya sedang malaksanakan ihram?, ia menjawab: Segala sesuatu kecuali mengajaknya bicara. [HR. Darimi No.1021].
[[[]]]
Hindari pakaian yg menempel dgn darah (haid). [HR. Darimi No.1022].
[[[]]]
Apabila penyakit itu telah berhenti', adl berhentinya darah' . [HR. Darimi No.1023].
[[[]]]
Tidak mengapa mencumbui wanita yg sedang haid di bagian antara kedua selangkangannya atau di pusarnya (selain senggama). [HR. Darimi No.1024].
[[[]]]
mencumbui isteri (saat haid) dari depan atau belakang kecuali dubur & tempat keluarnya darah haid (kemaluannya). [HR. Darimi No.1025].
[[[]]]
apakah kamu mengalami nifas?', aku menjawab: 'Aku dapatkan kebiasaan yg dialami oleh para wanita wanita', beliau berkata:
'Itulah yg telah Allah subhanallahu wa ta'ala tetapkan untuk puteri-puteri Nabi Adam 'alaihissalaam. Ia berkata:
' aku bangkit & aku bereskan kondisi tubuhku, lantas kutemui lagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau berkata:
'Masuklah ke dalam selimut', (Ummu Salamah radhiallahu 'anha berkata): 'Aku pun masuk' . [HR. Darimi No.1026].
[[[]]]
kemudian ia bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mandi junub dalam satu bak mandi, & beliau juga menciumnya padahal saat itu beliau tengah puasa' . [HR. Darimi No.1027].
[[[]]]
mencumbui salah satu isterinya pada bagian diatas kain sarung saat sedang haid. [HR. Darimi No.1028].
[[[]]]
jika tengah haid untuk mengencangkan ikatan kain sarungnya kemudian beliau mencumbuinya. [HR. Darimi No.1029].
[[[]]]
Aku pernah mengenakan kain sarung (penutup) & saat itu aku sedang haid, kemudian bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk ke selimut beliau. [HR. Darimi No.1030].
[[[]]]
Sesuatu yg berada di atas sarung (kain penutup). [HR. Darimi No.1031].
[[[]]]
Tempat tidur (yang digunakan) boleh satu, namun selimutnya harus banyak (berbeda), & jika tak mereka dapati, seorang suami boleh mengulurkan selimut kepada isterinya. [HR. Darimi No.1032].
[[[]]]
segala hal asalkan di atas pusar. [HR. Darimi No.1033].
[[[]]]
pernah mencumbuiku, sedang aku mengalami haid, & beliau mencumbuiku dari bagian kepala, & diantaraku & beliau terhalangi sehelai kain. [HR. Darimi No.1034].
[[[]]]
Tradisi orang-orang yahudi, apabila salah seorang isteri mereka mengalami haid, mereka tak memperkenankan makan bersama mereka, mereka tak juga mencumbuinya bahkan mereka usir dari rumah & tak memperkenankan tinggal bersama mereka. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang hal itu, maka turunlah ayat: WA YAS`ALUUNAKA 'ANIL MAHIIDH, QUL HUWA `ADZA (Dan mereka bertanya kepada kamu tentang haid, katakanlah ia itu kotoran)-Qs. Al Baqarah: 222-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka (para sahabat) untuk makan bersama para isteri mereka, mencumbui mereka serta memperkenankan tinggal bersama mereka di rumah, & boleh melakukan apa saja (bersama mereka) kecuali bersenggama. Seorang wanita yahudi berkata:
'Ia tak mau membiarkan suatu dari perihal kami kecuali ia menyelisihi kami (tampil beda)'. 'Abbad bin Bisyr & `Usaid bin Hudhair datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam & keduanya mengabarkan pernyataan itu, & keduanya berkata:
'Wahai Rasulullah, apakah kami boleh menyetubuhi mereka (isteri-isteri kami) dalam masa haid (mereka)?', maka berubahlah raut muka beliau dgn perubahan yg ketara, hingga kami mengira kalau beliau marah kepada keduanya yg siapa tahu keduanya akan bangkit & pergi. Ternyata keduanya malah disuguhi minuman susu, beliau utus (seseorang) & mengajak keduanya kembali. Beliau memberi minuman keduanya, & mereka sadar bahwa beliau tidaklah marah kepada keduanya. [HR. Darimi No.1035].
[[[]]]
Adapun kami keluarga Umar, tak mendekati mereka (isteri-isteri mereka) jika sedang mengalami haid. [HR. Darimi No.1036].
[[[]]]
Tidak mengapa (menggunakan) sisa air wudhu seorang wanita selama tak junub atau haid. [HR. Darimi No.1037].
[[[]]]
meletakkan penghalang di atas kemaluan (isterinya). [HR. Darimi No.1038].
[[[]]]
mencumbui salah seorang isteri beliau sedang ia dalam keadaan haid, jika ia mengenakan kain sarung (penutup), beliau (mencumbuinya) hingga pertengahan kedua paha atau kedua lutut, & beliau tak melebihi batas tersebut. [HR. Darimi No.1039].
[[[]]]